Kamis, 27 Februari 2020

Teori Relativitas Akal

Lesson No.8
Teori relativitas akal @ypidea2020.

Ada beberapa jenis akal.
1. Akal binatang alias insting.
2. Akal Manusia
3. Akal setan
4. "Akal" Tuhan...wahyu, penciptaan, dst
5. dll

Tergantung dari perspektif mana kita melihat sesuatu. Terutama tentang kehebatan mu'jizat rasul misalnya, karomah para solihin misalnya...dst.

Banyak hal yg tdk terjangkau oleh akal binatang, tapi terjangkau oleh akal manusia.

Atau banyak hal yg sepertinya mustahil menurut akal gravitasi manusia dll, tapi itu masuk akal menurut perspektif Allah SWT.


Contoh....kejadian isra' mi'raj yg hanya dlm satu malam menembus langit ke 7 dst.

Ya...kalau menurut otak manusia (yg volume otaknya gak lebih besar dari tempurung kepala, dan yg otak manusia juga gak sama itu, ada yg bebal, ada yg jenius dll)...jelaslah kayaknya kejadian isra' mi'raj itu adalah mustahil, gak masuk akal.

Tapi coba kita telusuri melalui perspektif illahiyyah. Tentu hal yg menurut otak kita mustahil itu jadi lumrah di hadapanNya.

Bumi ini besar. Ya besar menurut kita dan menurut semut.

Alam semesta ini raksasa, ya itu menurut kita yg gak lebih tinggi dari gajah atau jerapah.

Tapi menurut Tuhan....?!?.

Allahu akbar....Allah itu maha besar yg kebesarannya itu gak terukur oleh volume.

Satu hari manusia, itu gak sama dgn satu hari menurut anjing atau kucing. Dalam 18 tahun kita baru akan menuju dewasa...tapi bagi harimau tiga atau empat tahun sudah punya anak. dst.

Jadi, kalau perspektif kita dg hewan sj beda...apalagi dengan Tuhan yg menciptakan semua apa yg bisa dan tak bisa kita lihat ini.

Mata kita saja terbatas, bagaimana bisa kita melihat sesuatu yg tak butuh ruang dan waktu.

Waktu itukan ciptaan Allah, buatan Allah. Jgn bayangkan ruang, waktu, jarak dll itu membatasi Tuhan yg menciptakannya.

Tuhan terbebas dari setiap apa yg diciptakanNya. Dia gak butuh jarak, dia gak butuh waktu...sebelum waktu dan jarak yg kita kenal itu ada, Allah swt sdh ada (ada tanpa awal dan tanpa akhir).

Hebat dong Tuhan itu...?!?
Ya iyalah....kitamah gak ngerti tentang otak, tapi Allah mah sdh membuatkannya utk kita. Bagaimana tidak hebat Tuhan kita itu.

Jadi....
Ketika Nabi Muhammad SAW diangkat bersama Jibril ke langit ke-7...dst ke sidratul muntaha...bagi Allah swt itu tak lebih seperti kita memindahkan pulpen dari meja ke atas buku (yang buku itu juga di atas meja yang sama).

Jauh menurut semut, dekat menurut kita. Jauh menurut manusia, amat dekat menurut Allah swt.

Sebenarnya tidak ada yang tak masuk akal tentang "Mu'jizat atau Syariat Tuhan", yang ada adalah  otak kita saja yang gak sampai.

Misal, kenapa yang kentut itu bokong tapi yang di cuci adalah tangan dst....?
Kita bertanya seperti itu, karena cara pikir kita yang tidak sistematis. Kita harus belajar dulu beda Hadast dan Najis. Baru kita bisa jawab pertanyaan tersebut.

Kentut itu bukan Najis sehingga dia gak perlu di bersihkan atau dicuci. Tapi kentut adalah hadast yang bila terjadi mengharuskan kita untuk berwudlu lagi.

Kalau Najis, yang dicuci itu tubuh atau pakaian yang terkena oleh najis tersebut, tapi kalau hadast tidak begitu, karena hadast bukan Najis.

Atau tentang perbedaan hadist yang satu hadist menyatakan bahwa saat tasahud jari telunjuk kita diacungkan dan digerak-gerakkan. Dalam hadist lain diacungkan tapi tidak digerak-gerakkan. Mana yang benar...?

Hadist kok kontradiktif...?..berbeda...?!?.
Nah ini juga bukan salah hadist karena hadist itu ditulis secara plek sesuai kejadian atau persis dengan apa yang di sabdakan oleh Nabi SAW. Hal-hal lain yang tidak terlihat atau terucap di saat itu maka ia tidak dicantumkan di hadist tersebut. Kenapa telunjuk Nabi terlihat bergerak, kenapa dilain waktu tidak terlihat bergerak...?!?

Nah, untuk supaya kita bisa sampai kepada pengertian yang paripurna maka akan diperlukan tambahan keterangan dari nash dan atau hadist dan atau perkataan/perbuatan para sahabat yang hidup di zaman Nabi, dst.

Maka untuk itulah kita butuh panduan dari para ulama yang muktabar...ulama yang kredibel, bukan dari ulama kw. Tanya mereka dan ikuti mereka. Ingat harus ulama yang jumhur, ulama sholeh bukan ulama yang akhlaknya buruk suka mencaci, membully dst....sebab yang gak berakhlak, tidak 'alim itu bukanlah ulama pewaris para Nabi. Mereka yang tidak berakhlak itu, akan membuatmu berada di jalan yang salah.

"Kalau anda salah dalam mendefinisikan ulama yang 'alim, ya akibatnya anda akan salah dalam mendapatkan ilmu....sehingga praktek keagamaan anda juga otomatis jadi salah". quote hari ini.
Kok bisa...?. apasih yang gak bisa....?!?.

Bahas jangan...?!!
Kita bahas nanti saja oke...? di tema yang berbeda.


#Salam Relativitas Akal
#ypidea
#27022020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar