Sabtu, 15 Februari 2020

The Lost Country Off Ciletuh 4&5



Bagian ke 4 (Cari Penginapan)
Malam semakin terasa, suasana pesisir semakin terasa pula. Ada perbedaan kandungan udara, tiupan angin, dan juga kelembaban. Itu sudah otomatis dibedakan oleh tubuh kita. Udara pegunungan tinggi, udara pegunungan menengah dan udara pesisir itu terasa bedanya.

Ciletuh sudah didepan mata, rombongan kembali terpecah dua. Kelompok depan, dan kelompok siput.com. sehingga tadi kelompok belakang ini sampai salah jalan yang harusnya belok putar kekiri malah lurus entah kemana. Jadinya kami harus memutar balik lagi.

Kelompok pertama sudah menunggu di Panenjoan. Ini adalah satu tempat yang mana kita bisa melihat pantai palampang dari kejauhan. Baru juga menghela nafas kita harus sudah berangkat lagi. Tujuannya agar segera bisa makan malam, sholata dan juga istirahat.


Ya, kamipun lanjut saja.
Sampailah akhirnya disini. Di penginapan yang dijanjikan.

Istirahat dulu kami disini, tidur-tiduran, ngobrol-ngobrolan dll. sebab nasi dan lain-lainnya belum siap untuk disajikan. Penginapan ini adalah terbuat dari panggung yang setiap kamar ada emperannya. Kalau dihitung ada 6 kamar sih. Tapi toiletnya terpisah sendiri, harus jalan dulu sekira 30-40 meteran, ada dibelakang yang gelap itu. Halamannya memang sangat luas, ada beberapa pepohonan mangga dll. nasi yang ditunggu masih juga belum datang. Mungkin kami akan tidur disini.

Nasipun akhirnya sudah siap tersaji, sayang aku tertidur tadi sehingga kebagian sisa-sisanya saja. tapi masih cukup lengkap kok ayam, sambel dan lalabannya. Dalam keadaan “lulungu” akupun menyantap nasi ini, dengan lahap dan tuntas. Tak sempat aku photo-photo disini sebab hp ku sudah lowbat.
Habis makan aku isya dan jama’ ta’khir maghrib dulu. Kami sudah siap untuk lanjut perjalanan. Rupanya kami gak jadi nginep disini, mungkin ini terlalu sepi dan juga kurang representatit. Terutama terlalu terbuka dan juga toiletnya Cuma ada satu. Tentu itu bakalan antri.

Rupanya jalan menuju Ciletuh masih cukup panjang. Masih menyusuri kebun-kebun dan bahkan hutan-hutan yang berpohon rapat dan alami. Dari sini kami menuruni bukit-bukit yang terjal, jalannya memang sangat “mudun” turun kebawah dan sesekali sedikit naik keatas. Tapi aspalnya masih sangat baru, masih sangat baik dan”ngeunaheun”. Rupanya jalanan ini indah juga, beberapa memang “nurugtug”, “mudun” yang curam dan panjang beberapa lainnya berkelok tujuh atau sembilan. Sumpah, menurutku ini jalanan bagus sekali.

Setengah jam atau kurang barulah kami sampai diperkampungan. Tetapi ini belum berhenti disini. Entahlah berapa jauh lagi. Yang kami lakukan hanyalah betot gas dan ikuti yang didepan.


Bagian ke 5 (Sampai di Geopark Ciletuh)
ALHAMDULILLAH TENTUNYA. Akhirnya kami tiba juga di gerbang Pantai Palampang. Ini seperti sesuatu yang baru saja ditemukan, dibangun dan hendak berkembang. Semua masih terlihat baru, lengang dan banyak tanah-tanah lapang. Hampir mengingatkanku dengan suasana di kompleks Bandara BIJB di Majalengka. Beberapa warung terlihat berderet, kios-kiosnya jelas masih terlihat anyar. Atau ini seperti ketika kita tiba dikompleks perumahan yang baru akan dibangun, seperti ada kapling-kalping dikiri kanan sekitar sini.

Lurus terus, lalu belok ke kanan, luruuus, belok kanan lagi, luruus saja dan kemudian belok kiri. Tak jauh dari itu kami pun berhenti. Dikiri dan di kanan jalan, tempatnya saling berhadap-hadapan. Ini adalah rumah penduduk biasa atau homestay. Yang kanan rumahnya lebih luas, dan yang kiri lebih ekslusif.
 Saatnya untuk tidur.
“Bismika Allahumma ahya wabismika amuut.....”

Tidurlah-tidurlah dengan nyaman dan semoga malamnya pulas. Dengan menyebut namaMu aku hidup, dengan menyebut namaMu aku mati. Ya Allah masukkanlah aku kepada umatnya nabimu, dan maafkanlah segala salah serta khilafku. Maafkan juga segala salah dan khilaf kedua orang tuaku, dan juga semua saudaraku, teman-temanku, para ulama dan para guruku, walmuslimiina waluslimaat, wal mu’miniina wal mu’minaati. Alahyaa i minhum wal amwaat birahmatika ya arhamarraahimiin.


Alhamdulillahilladzii ahyanaa, ba’da maa amaatanaa...wa ilaihinnushuur. Pagi telah datang menyongsong. Subuh segera ditegakkan. Bersiap untuk hari yang baru. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan. Alhamdulillah masih bisa menghirup udara pagi yang segar seperti ini. ah nikmat manalagikah yang akan aku dustakan. Maafkan ya Allah, karena begitu sering aku melupakanMu. Astaghfirullah aladziim...

Para burung kecil, para ayam, para kambing dll juga sudah terbangun. Mereka sudah memulai dengan hari-harinya. Entah ikan-ikan dilaut sana. Apakah masih terlelap dalam dinginnya Ciletuh, atau kah sama sudah memulai beraktifitas di hari yang masih berembun ini.

Diam-diam matahari mulai menyelinap melalui ranting dan dedaunan diatas sana. Memberikan siluet bayangan diantara atap tetangga dan diujung jalanan sana. Para ibu rupanya sudah lebih awal dengan segala aktifitasnya. Menghidupkan hari yang baru saja akan dimulai ini. bersama bebek betina dan bebek jantan yang mulai menyusuri sisi-sisi rumah dan selokan, diantara pagar rumah tetangga.

Para bapak, baru satu atau dua yang ada disana, juga yang disini. Menunggu nasi kuning, bubur ayam dan segelas kopi hitam.

Seperti ada dalam syair lagu berikut ini :...

Kopi hitam..
Mantap rasanya...
Seleraku dan seleramu...
Segar luar biasa...
Bersama pagi yang bersinar..
Dari ujung timur yang lembayung...
Kamu dan aku...
Mengadu tawa...nan ceria bersama

Kopi kita kopi hitam,...
Kopi asli Indonesia...java preanger sang juara dunia

Bersambung...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar