Jika kamu pulang dari Curug Cimahi hendak pulang ke Bandung via Cimahi, maka kamu nanti akan bertemu dengan sebuah pasar kecil dan kamu akan belok kekiri mengikuti jalur jalan utama tersebut.
Namun kalau kamu hendak “apruk-aprukan”, maka kamu bisa memilih jalur lurus yang akan menuju ke bagian pegunungn utara dari kota Padalarang sana.
Nah jalur itulah yang penulis susuri kali ini.
Sebagai jalan perkampungan tentu jalur ini tak sebagus jalur yang menuju Cimahi tadi.
Nah jalur itulah yang penulis susuri kali ini.
Sebagai jalan perkampungan tentu jalur ini tak sebagus jalur yang menuju Cimahi tadi.
Bahkan hanya berupa aspalth perdesaan yang juga tidak mulus, setidaknya kondisi tersebut itu sewaktu penulis kesana ditahun 2006 an, sementara untuk kondisi tahun-tahun berikutnya mungkin sudah berbeda.
Sebagaimana umumnya perkampungan, jalur tersebut juga sama saja hanya perkampungan biasa, seperti umumnya perkampungan lainnya. Bahkan semakin jauh kita susuri jalur tadi, senyatanya jalanan semakin rusak dan tak ubahnya seperti jalur sapi atau kerbau.
Disebut sebagai jalur sapi karena jalanan disana itu lebih cocok untuk dibajak daripada dilintasi kendaraan. Mungkin kerbaupun akan merasa ogah melewati jalur tersebut, terutama kerbau yang sudah lama hidup di kota........sebab kaki bisa lecet dan juga “tijalikeuh”, jalan betcek, mana gak ada otjek....!
Jalur yang gak tahu kemana ini rupanya meliwati kebun-kebun dan juga persawahan, yang cukup produktif . Rupa jalanya adalah masih berupa bebatuan besar yang sudah lepas-lepas dan bercampur dengan air genangan hujan dan tanah-tanah merah, mungkin sudah lama dibiarkan seperti itu, ruksak dan juga jalan ini hanyalah berupa jalan buatan manual, tidak ada rekayasa teknologi...pembuatannya gak dibantu oleh alat-alat berat.
Sepertinya jalur ini tak pernah di lewati stoom.
Sebagian lagi hanya bebatuan yang disusun rapi sehingga itu mirip menyerupai seperti sebuah jalan bohongan. Beberapa bagian tentu rusak oleh truk dan kendaraan berat, lainnya lagi menjadi kubangan yang berlumpur. Itulah Cisarua yang ke arah barat. Tetapi hawanya lumayan sejuk juga sih dan juga suasananya masih cukup alami dan damai. Disini banyak sekali komoditas pertanian, sayuran seperti waluh dll.
Namun hal yang menarik buat kita amati adalah, kondisi alam di sekitar sini. Sepertinya daerah ini adalah termasuk bagian dari jalur Patahan Lembang atau sesar Lembang.
Tapi tak bisa juga dipastikan sebab itu butuh keahlian dan penelitian khusus, gak cukup dengan sekedar keyakinan pribadi atau perkiraan semata tanpa pengamatan yang lebih mendalam berdasarkan ilmu pengetahuan, tapi secara kasat mata dari bukti bebatuan perbukitan yang ada disini kita bisa mencurigainya seperti itu.
Pada beberapa bagian jalur ini kita akan temui perbukitan yang terbentuk dari adanya pergeseran tanah, semacam jalur patahan alam begitu. Yaitu berupa perbukitan batu yang terlihat seperti bekas terjadi pergeseran yang cukup masif di masa lalu atau orang bilang sebagai patahan atau sesar. Bukit yang terbelah atau menggeser vertikal (anjlok).
Patahan Lembang ini, jika suatu waktu konstraksi, maka itu bisa meluluhlantakkan banyak gedung dan bangunan disekitarnya. Termasuk juga bisa mengguncang kota Bandung dan Cimahi yang ada di bawah sana.
Tetapi mudah-mudahan saja hal tersebut tidak terjadi. Dan walaupun kita juga tidak boleh lupakan fakta dari bukti-bukti dilapangan yang menunjukkan bahwa diloksi ini dulunya pernah terjai patahan dimkaud. dan kita tidak boleh terlalu lugu/naif dan lalu meniadakan kemungkinan atas kejadian gersebut bisa terulang kembali sekarang atau di masa depan.
Karena itu, sebenarnya kita sangat perlu untuk melakukan upaya edukasi (memberi tahukan kepada masyarakat umum) akan bahaya yang mengncam dan berbagai upaya prepentif agar kita lebih siap jika hal terburuk itu terjadi sehingga bisa meminimalisir kerusakan yang diakibatkan olehnya.
Misalnya dari sisi rancang bangunan yang didirikan dilokasi terdampak bahaya haruslah dibangun dengan standar konstruksi yang aman dari goncangan atau pergeseran tanah.
Janganlah sampai kita sebagai masyarakat menjadi lama terlena dan lupa dengan kondisi tersebut. Karena jika terjadi pergerakan tanah dari lempengan tersebut maka itu akan membuat semua apa yang ada diatasnya bisa amblas dan di telan bumi. Naudzubillahi min dzaalik.
Rumah panggung misalnya yang seringkali/kadangkala dianggap rumah kampungan, tetapi justru rumah jenis ini lebih tahan terhadap goncangan gempa. Untuk di tempat yang rentan gempa maka rumah panggung ini akan lebih baik.
Tentu saja untuk daerah-daerah yang tepat dilintasi bekas patahan Lembang ini sebaiknya tidak boleh ada perkampungan atau perumahan penduduk...karena itu seperti kita tinggal di satu tempat yang tidak aman. Jangan sampai sesal terjadi kemudian. Sebab kita tahu bahwa wilayah tersebut memang merupakan lintasan dari daerah patahan yang satu waktu memungkinkan untuk anjlok kembali.
Yang penting lagi adalah harus selalu ingat sebuah syair lagu ;
Syukuri apa adanya....hidup adalah anugrah
Menjalani hidup ini, melakukan yang terbaik....
Demikianlah catatan ringan kali ini.
Wassalam.
note:
#gambar dan dokumentasi dari berbagai sumber....
#sama-sama mengingatkan
#mengingatkan sama-sama
#sama-sama mengingatkan
#mengingatkan sama-sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar