Ujung Genteng, atau Ujung Bumi sih...?

Perjalanan Jurnal kami kali ini adalah Tracking atau lebih tepatnya momotoran, mini touring atau Trip atau boleh juga dibilang adventure menuju ke Ujung Genteng di Sukabumi Selatan Provinsi Jawa Barat.

Ya....Riding to Ujung Genteng.

Ibaratnya sebuah ujung, Ujung Genteng memang seperti sebuah ujung dari suatu daratan di bumi Jawa Barat ini.

Jalanannya sangat jauh sekali, terutama dari Kota wabilkhusus dari kota Bandung.
Butuh persiapan dan kekuatan energi, stamina dan mental yang pantang menyerah untuk dapat sampai ke sana. Nampaknya akan seperti itu......


Ke Ujung Genteng
Bagi kami yang berangkat dari Bandung, menuju ke Ujung Genteng seakan-akan suatu perjalanan yang akan lintas batas negara........menuju ke suatu negri tak dikenal, negeri yang belum pernah kami datangi sebelumnya. Sehingga sama sekali kami tidak mengetahui, akan seperti apa pemanadangan yang ada di depan motor kami nantinya. Semuanya adalah tempat yang asing bagi kami. Dan sepertinya kami akan menuju ke suatu tempat yang itu adalah merupakan ujung dari daratan ini.....

Siap Berangkat
Perjalanan kami mulai dengan persiapan sebagai mana mestinya.
Sudah siap segala sesuatunya maka kamipun berangkatlah dari Bandung sekira jam 3.30, sehabis ashar. Memang ini adalah start yang kurang ideal kayaknya, terlalu sore.
Sekira jam 17 an, kami pun bari tiba di sekitar Ciwidey Bandung Selatan. Masih terlalu jauh arah yang akan kami tuju.....

Sudah jelas, nampaknya kali ini kami akan bermain gelap-gelapan di jalan.
Jam 17.40 an pun kami baru saja sampai di perkebunan teh Rancabali.

Jalanan terlihat belum ada nampak gelap, hanya memang sudah tak ada lagi terik sinar mentari disini. Pemandangan teh kebun Rancabali masih cukup terlihat dengan indahnya. Kami pun sempat berphoto dulu sebentar, dan kemudian lanjut lagi kepada tujuan utamanya.

Jam 18.30 an kamipun tiba disekitar Bale Gede, perbatasan Bandung Cianjur Selatan.
Kamipun berhenti dulu sejenak disebuah warung untuk mengisi perut dulu.
Susu dan cemilan sudah cukup mengingat disini tak ada nasi atau hamburger.

Setengah jam saja disana, kami pun lanjut lagi menembus kegelapan malam minggu yang kelabu itu.
Sekira jam sembilan malam kamipun tiba didaerah Sindangbarang Cianjur Selatan, kami berhenti lagi disana untuk asupan makanan yang sesungguhnya, nasi goreng.
Di Sindangbarang ini kami berjumpa dengan kawanan pemotor lainnya dari Jakarta, yang jumlahnya sekira 24 orang. Mereka sama sedang beristirahat dan menunggu teman lainnya yang masih ada dibelakang.
Merekapun sama sejalur dengan kami melewati Ciwidey dan Cidaun.


Tadinya kami berniat untuk gabung bareng menuju Ujung Genteng, tetapi rupanya terlalu lama untuk menunggu, sehingga kami pun putuskan untuk jalan duluan saja.

Malam semakin larut, sudah semakin sepi saja. beberapa kali kami berhenti dulu untuk memastikan perjalanan kami on teh track, berapa lama lagikah perjalanan kita ini, dan bagaimana situasi keamanan di sepanjang perjalanan di depan sana. Kami tanyakan semuanya kepada beberapa penduduk setempat yang kebetulan ada di saung-saung atau pos ronda yang kami temui saat itu.

"Sebaiknya nanti kalian berhenti di Tegal Buleud saja, disana ada penginapan. Dari arah Tegalbuleud ke Ujung Genteng tak terlalu jauh lagi, tetapi akan meliwati suasana hutan yang masih rawan pembegalan, terutama di daerah hutan Jampang". begitu kata mereka.

Ya sudah kamipun memutuskan untuk jalan sampai Tegalbuleud dan berencana untuk mencari penginapan disana. Jalanan menuju Tegalbuleud ternyata masih ada banyak bagian alan yang belum di aspalt, sehingga kami tak bisa membawa kendaraan dengan kencang......apalagi sisi kiri kanan jalan hanyalah berupa kebun dan mungkin hutan-hutan, yang terlihat gelap tak ada rumah dll.

Taktik kami adalah coba berusaha untuk tetap bisa berbarengan dengan beberapa pemotor dari warga setempat yang kebetulan lewat di jalan ini, kami berusaha tak mendahului mereka tapi juga tetap berusaha agar tidak ditinggalkannya. Sampai akhirnya ketika mereka sampai ke tujuannya masing-masing maka kembali kami pun harus jalan sendiri. Jalan yang tiada kendaraan lain, sepi, gelap, melewati hutan-hutan dan hanya ada beberapa rumah yang jaraknya satu sama lain sangat berjauhan.

Apalagi ini masih musim hujan, jalanan didominasi oleh lumpur, kubangan air, dan bebatuan yang tidak rata. Gak mungkin bagi kami mengendari motor dengan lebih cepat lagi, hanya sekira 10-15 km per jam saja laju yang bisa kami pacu.
Sebenarnya secara jujur tentu saja ada rasa takut di benak kami, tetapi semua itu coba kami buang dengan selalu berdzikir memohon keselamatan kepadaNya. Sehingga timbul dalam hati kami keberanian, karena ada keyakinan bahwa Tuhan tak pernah tidur dan selalu menyaksikan setiap langkah kita, bahkan dimana saja, ditempat paling terpencil sekalipun, dan ditempat paling gelap sekalipun. Itulah yang membuat kami masih bisa melanjutkan tracking kami kali ini.

Jam 24.00 wib kami pun tiba di kecamatan Tegalbuleud, suasana kota disini sudah sepi, hanya ada beberapa kelompok pemuda dan masyarakat yang berkumpul, masak-masak, ngaliweut dll....yang itu membuat kami merasa lega dan menjadikan kota ini tak terlalu mencekam lagi seperti tadi. Namun rupanya sudah tak ada penginapan yang buka. Kami keliling bolak balik di Tegalbuleud ini....tak jua menemukan satu penginapan yang bisa kami tinggali......semua penginapan terlihat sudah tutup tak ada penjaganya.


Cari Penginapan...
Bolak balik di Tegalbuleud kami mencari penginapan yang masih buka, tetapi sia-sia saja.
Sampai kemudian kami putuskan untuk menghubungi via telphone yang tertera di reklame hotel, (sebenarnya bukan hotel sih, tepatnya adalah penginapan biasa, mirip kost-kostan)
Teleponnya susah dihubungi, tak ada yang mengangkat...........Berulang kali kami ulangi tetap saja tak diangkatnya. Semua tiga Nomor HP yang tertera, kami hubungi, tak satupun ada yang menyahut. Setengah jam kami tetap teguh istiqomah berdiri menunggu didepan gerbang biru.....sebabhanya  inilah satu-satunya harapan yang tersisa dimalam ini.......mencari lagi penginapan lain tentu tak mungkin karena kami sudah mencobanya berkali-kali.

Sampai akhirnya, Alhamdulillah, telphon kami ada yang angkat jua, kami bergembira sekali karena akhirnya ada jawaban. Suara lelaki yang rupanya tak ada di lokasi penginapan tersebut............... yang bersangkutan kebetulan sedang tidak ada dilokasi, sehingga kami diharuskan menghubungi nomor lainnya yang dia kasih. Dan kamipun coba lagi sampai butuh setengah jam lebih kami menunggu jawaban yang tak pasti itu.

Akhirnya seseorang ibu paruh baya, menyagut tlp kami dan tak lama muncul dari remang kegelapan halaman penginapan itu, rupanya beliau sudah pulas dan bersedia membukakan gerbang buat kami............senang nya hati kami ......itu seperti suatu perjuangan yang tidak sia-sia..

Lama Nunggu Angkat Telpon.
Syukurlah akhirnya kami bisa menginap disana. Dan juga harganya murah banget, hanya limpul per kamar untuk setengah malam.
Dua kamar kami ambil, dasar lagi musim isue LGBT, kamipun tidur dengan cara arah kepala masing-masing, bersilang satu sama lain.....apesnya kaki teman kami tak sewangi kaki bidadari....hadeuuuhhh....!

Padahal selama pengalaman kemping kami tak pernah serumit itu, kalau tidur ya tidur saja biasa seperti entep peda saja.......tapi itu mungkin dulu sewaktu masih SMA atau remaja.......Kali ini itu tak mungkin.....terlalu pikiran negatif, risih terutama....dst....Ya....memang tak sama lagi seperti sewaktu masa muda atau anak-anak. Kalau sudah dewasa, itu seperti harimau atau kucing yang masing-masing punya batas teritorialnya tersendiri....yang gak boleh di labrak harimau atau kucing lainnya. Seperti itulah, kita punya batas teritori juga sekarang ini.

Ya sudahlah, itulah yang terjadi. Kamu tahu sekarang ini serba musiman, ada musim batu akik, ada musim burung, ada musim teroris, ada juga musim LGBT. Itu juga mempengaruhi pola pikir kami malam ini...yang sudah tertanam dan terpatri di bawah alam sadar kita, terkooptasi, terdoktrin oleh berita media nasional, medsos dll.
Jam dua pagi, barulah kami bisa tidur.


Maen Kartu Remi
(uNTUK mALAM yANG pANJANG)

Seperti biasa sebelum kami tidur, maka main kartu adalah kesukaan kami berempat di akhir-akhir ini...2-3 tahun belakangan ini kami memang sudah sering begadang bersama....hampir setiap akhir pekan, di Bandung maupun kala kami melakukan perjalanan seperti sekarang ini.

Ah itu memang semata untuk pertemanan saja dan juga hanya untuk having fun, walau mungkin sepertinya buang-buang waktu. Ya memang buang-buang waktu, dan nanti besok barulah terasa akibatnya,...ngantuk dll.

Jam enam tigapuluhan kami sudah bersiap untuk berangkat lagi, sekira jam tujuh kurang sedikit kami pun cabut dari penginapan Tiga Saudara tersebut.
Kondisi tubuh memang kurang fit, karena semalam kami kekurangan waktu istirahat.
Tapi namanya juga berpetualang ya dijalani aja.


Hutan Jampang
Benar saja, perjalanan didepan sana dari tadi semua melulu adalah hutan yang jauh dari kehidupan manusia.
Tak ada warung, tak ada rumah, tak ada manusia semuanya hanyalah hutan yang sepi.

Jika tadi malam kami nekad lanjut, kemudian disana ada segerombolan begal, niscaya habislah semua bawaan kami termasuk motor kami.

Lalu kami terdampar disana hanya tinggal mengenakan kolor dan kaos oblong...?,
Oh tidak....!
Untung saja kami ikuti saran mereka, sebab kalau tidak, gak tahu kemungkinan terburuk bisa saja terjadi disini.
.......................................
...................................................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
........................betul gak...?


La wong...hutan disini ini jauh ke perkampungan....jauh dari keramaian orang. dan juga hutannya cukup luas, berkeok-kelok sehingga bila kedatangan motor atau mobil sdh dapat dimonitor dari jarak tertentu, memudahkan bagi pembegal untuk siap memasang jeratnya.

Semua hanya pohon, bukit, lembah...jalanan yang turun naik dan beundak seperti layaknya dsuatu jalanan yang menaiki perbukitan.....seperti ular yang dalam posisi jalan....berkelok-kelok.....dan juga terbayang oleh segala macam kehidupan malam di hutan itu....ada babi, ada macan, ada ular besar, ular kobra....dlll mungkin.
Tapi satu hal yang paling dikhawatirkan tentuah pembegalan tadi..................karena bila saja ada pembegal demikian.............tentu sudah pasti kita tak akan punya waktu untuk menghindar, berlari, menyelamatkan diri dll, karena tentu saja mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya..........beda dengan binatang yang tentu tak mungkin punya niat untuk sengaja mengintai kita untuk dijadikan korbannya..... Karena jika kita percaya cerita sebagian warga tadi....yang katanya di hutan Jampang ini.......masih bisa terjadi pembegalan, persekusi dan semacamnya......(waduh persekusi...emangnya saya seorang radikalis gitu...?)

Dan kalau itu terjadi...maka...tak ada kesempatan kedua. Tak ada guna pula penyesalan dikemudian hari.
Jadi...kita memang harus ikuti kearifan lokal. Kata-kata orang yang lebih mengenal daerah setempat. Jika menurut orang sini, kurang aman, ya sebaiknya kita percayai itu, karena memang kita sendiri tidak mengetahui situasi kondisi disini.
Lagi pula hari sudah terlalu malam. Jika motor kamu terkena tali jerat para pmebegal, tentu itu bukanlah main-main lagi namanya. Akan habis cerita perjalanan kita ini disana....


Lama juga kami menyusuri hutan dan perkebunan ini, yang menandakan bahwa cukup luasnya perkebunan dari hutan Jampang ini.
Bicara pemandangan, pemandangannya memang cukup bagus, cukup indah. terutama bagi kita yang belum terbiasa lewati jalan ini.

Berbagai macam jenis hutan dan perkebunan......hutan belantara, hutan perkebunan, hutan rakyat, huma, dan kebun-kebun......

Note : arti huma adalah....(tanaman padi di tegalan/kebun-kebun yang tidak membutuhkan irigasi, dan biasanya bisa juga dilakukan dengan cara tumpangsari dengan tanaman kayu dan tanaman lain, padi huma namanya ).

Kurang lebih jam delapan pagi, kamipun sampailah dipersimpangan jalan Surade, satu kecamatan yang menjadi gerbang menuju Ujung Genteng............kamipun isi dulu bensin, isi dulu perut dll.

Dari persimpangan Surade kita ambil ke arah kiri...dan terus saja ikuti jalur jalan itu yang akan mengarah ke Ujung Genteng. Menurut peta, kalau ke kanan itu adalah menuju ke arah kota Sukabumi...maka kita ambil jalan yang ke kiri yang disana memang belum kita baca petunjuk jalannnya....hanya memang aku sudah mengira........sebab jika kita dari arah tegal buleud ke arah barat menuju Ujung genteng...niscaya jalan itu hasuslah yang menuju ke kiri, sebab kalau ke kanan itu artinya kembali ke pedalaman Jawa Barat, kalau ke kiri sudah pasti menuju pantai...karena laut selatan itu tentu adanya di arah selatan pulau Jawa ini....saya kira pemahaman peta demikian itulah yang sedikit banyak telah membantu segala perjalanan kita selama ini. Pentingnya pengenalan peta itu seperti itu, bisa meminimalisir kita salah jalan atau kesasar gak karu-karuan. Karena kita mengerti titik-titik tertentu....dimana kota Sukabumi dan dimana letak Ujung Genteng, serta tempat-tempat penting lainnya.

Kecuali kalau ke jalan perkampungan, ke hutan, itu tentu akan tak semudah itu, sebab perkampungan kecil, jalan jalan desa, dan hutan-hutan  tentu seringkali tidak terbaca di Atlas...atau seringkali kita gak menghapalnya.

Laju motor kita semakin bergelora sekarang...sebab jika tujuan semakin dekat, tentu saja semangat kita juga semakin bertambah. apalagi udara pantai, khas pesisir sudah mulai terasa sekarang....bahkan kami yakin bahwa di sebelah kiri dari jalan arah ke Ujung Genteng ini, kami yakini itu memang tak terlalu jauh dari lautan.... sebab jalan ini pastilah sejajar dengan arah garis pantai Laut Selatan disini.

Kita lihat jenis pepohonan yang dominan di sini....rupa tanah dan jalanan yang landai...itu semua merupakan tanda-tanda nyata.....bahwa tentu kita sekarang sudah masuk di daerah yang tak jauh dari pesisir lautan. Terutama di belahan selatan Jawa Barat....jarang kita temui suatu dataran rendah...walaupun itu pesisir....rata-rata gak jauh dari pegunungan.

Jadi kalau tempat disini ini sudah berupa dataran rendah demikian, niscaya......kami sudah yakin betul....bahwa itu pasti sudah tak jauh lagi dari pantainya. Percayalah padaku....!!!!


Perjalanan Dilanjutkan Saja
Tak banyak waktu kami buat berhenti, kamipun lanjut lagi. Katanya sih Ujung Genteng sudah sangat dekat.

Yah, sekira setengah jam lebih kamipun benar-benar sampai juga di Pantai yang kita tuju.....Ujung Genteng nan perai....

Ini luar biasa, di hari ini, Ahad 10 Januari 2016 jam 08.40 WIB. motor menjadi saksi, helm menjadi saksi, sepatu juga menjadi saksi....................luar biasa....pantai Ujung Genteng memang luar biasa, seperti ada dalam impian yang selama ini hanya terbayang di dalam sinema. Hanya terkesima, bahwa ada saudara kita di sini, para nelayan dll.....ini seperti mimpi.
Ternyata bumi Pajajaran itu memang cukup luas, cukup beraneka ragam warna dan budayanya. Dan kami sekarang bisa ada disini, ditengah saudara kami yang jauh ada di tanah Ujung Selatan Sukabumi ini.

Tak ada kata-kata keluar dari mlut kami, hanya langsung terkesima karena dari ujung jalan ini, langsung disajikan oleh pasir putih dan para nelayan yang dengan segala aktifitas mereka. Itu adalah seperti sudah seratus tahun kita tidak ketemu saudara dan handai tolan, lalu kemudian bisa bertemu juga disini.

Sepertinya mereka berbeda dengan kita, tapi ternyata mereka adalah saudara kita juga....sepertinya mereka datang dari pulau burung si lepas pantai laut selatan ini, tapi mungkin iya, mungkin juga tidak. Seperti itulah pergumulan hati yang kurasa.......mereka itu asing tapi tidak juga disebut asing.

Buktinya kami bisa langsung saling menyapa, berbicara, ngobrol dst. Ini tak seperti ketika kita datang ke pantai Rancabuaya atau Santolo, mereka mungkin terlihat tak terlalu asing....beda dengan Ujung Genteng ini, mereka seperti asing, tapi rupanya bukan asing. Indah, mempesona luar biasa.

Jadi................
Ketika kamu sampai di persimpangan, di ujung jalan utama itu..ada dua jalan............ke kiri dan ke kanan......kalau lurus..itu adalah pantai Ujung Genteng ini............

disana kita langsung akan disuguhi oleh pemandangan laut dan pasir putih yang seputih-putihnya dan suasana para nelayan, perahu kecil, oh sungguh mempesona.....mempesona dan mempesona.

Para nelayan itu masing-masing dengan pekerjaannya,....merawat jala, merawat perahu, merawat apa saja....aku sendiri gak paham semua, karena aku lebih paham hanya tentang pemeandangannya secara keseluuhan yang terlalu menghipnotisku kali ini, seperti orang terkesima..........seperti orang aneh...orang kelihatan aneh........seperti itu.

Itu adalah secuil pantai yang lain dari yang lain yang pernah penulis datangi.

Lautan didepan sana luas sekaili, luasnya sejauh mata memandang dan lebih dari itu.....tak terbayang seberapa luasnya lautan didepan sana....yang tak berujung itu....

Aku merasa percaya bahwa di arah mataku memandang...disana ada sebuah kepulauan kecil yang sering oang menyebutnya pulau manuk, atau kalau bahasa lainnya dikenal sebagai pulau Cristmas....pulau milik kerajaan Inggris. 


Aneh, pulau yang dekat dengan tanah kita, tapi di aneksasi, diklaim sebagai milik suatu negeri yang ribuan kilometer jauhnya dari kita. itulah karena penjajahan, pengklaiman bangsa-bangsa Eropa di masa lalu hingga sekarang ini. Australia, New Jeland dll juga, padahal harusnya pulau-pulau itu itu adalah bagian dari kita...karena kita yang lebih dekat dengannya. Bukan malah di klaim sebagai milik negara Ingrris yang berada jauh di ujung Eropa Barat sana.

Tapi sudahlah, mungkin jika itu gak dikuasai orang Eropa, bisa jadi sampai sekarang masihlah berupa hutan atau tanah yang tak terawat.

Kita percaya, itulah mugkin taqdir yang sudah terjadi....kehendak zaman dst. ...Memang itulah yang sudah terjadi. Akibat...masa revolusi Eropa..dimana banyak negerii di Eropa bersaing melebarkan kekuasaannya...ke Asia, ke daratan Amerika dan juga ke tanah Afrika.

Cukup sudah terawanganku yang samapi ke pulau itu........dan kembali mataku ke pandanganku untuk menikmati pantai dan "kota" Ujung Genteng yang kita pijak ini.

Hamparan dari Tanjung Ujung Genteng itu yang membuat teluk pantai disini terlihat eksotis. dan membuat ombak disini menjadi cukup jinak, baik untuk tambatan perahu kecil dll.

Pantai Selamat Datang Ujung Genteng yang menakjubkan.......ku.
Teman, aku capai loh bercerita....................cukup dulu ya....nanti sambung lagi ke lanjutannya dibawah ini........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................tapi ceritanya baru seadanya saja....nantilah kita buat yang lebih menarik lagi. oke.....?..akunya sudah lelah soalnya.


Bersambung.............................................
................................................................
.......................................................................................................................................................

Pantai Pasir Putih
Saya tadi bercerita, ngobrol, bertanya tanya adakah pantai lain disekitar sini, yang bisa buat kita bermain ombak dan semacam itu........Karena walaupun pantai disini indah, tetapi disini sudah dikuasai para nelayan, terlalu banyak perahu....sehingga tak nyaman untuk pergi ke air, bermain ombak, pasir dst. akan terasa risih, kagok dan gak nyaman.

Saya kira tempat ini memang bukanlah pantai untuk para wisatawan bermain....ini pantai justru lebih berupa pantai untuk nelayan, jadinya bukan khusus untuk kepariwisataan seperti layaknya Pangandaran dll.

Tetapi kami tadi bertanya kepada si akang, nelayan disana. Adakah pantai lainnya yang merupakan tempat untuk berwisata seperti Pelabuhan Ratu dll.

Merekapun menunjuk kebeberapa tempat, ke arah kiri itu menuju TPI Ujung Genteng,  dan ke tanjung yang didepan sana itu adalah Hutan Lindung Ujung Genteng yang diujung nya berupa pantai-pantai, dan kearah lainnya adalah menuju ke pantai Cibuaya dan Pantai lainnya, ada juga pantai khusus penangkaran penyu dll, begitu katanya.

Ternyata lokasi pantai di Ujung Genteng ini bukan hanya satu tempat disini saja, masih banyak lagi di tempat lainnya. Baiklah, itu telah membuat semangat kita tetap terpelihara.
Untuk sementara.......mencari suatu temuan diantara pepasir adalah sesuatu yang hebat bagi kami kali ini, di pantai ini.................mungkin ada apa, ada sesuatu yang aneh, ada mutiara, atau apapun kita gak pernah tahu......

Entah Apa Yang Dicari
Mencari bongkahan-bongkahan emas mutiara, intan permata dan berlian.....

Namun karang-karang beserta kerang-kerangan juga sudah cukup untuk dibawa sebagai sekedar souvenir....

ah....rasa-rasanya....kami gak perlukan itu....hanya membebani bawaan saja....buat apa...?

Kamipun menyusurinya satu persatu tempat terindah disini, 
Pertama ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan), sekira jam sembilan tigapuluhan, cari ikan dan sarapan dulu.

Satu jam lebih kami disana, lalu kami lanjut ke pantai lainnya kesebuah Tanjung yang melewati hutan di Tanah Ujung Genteng.
Itu hampir serupa dengan Tanjung Pananjung di Pangandaran. Indah untuk hari ini.


Makan Dulu Biar Tidak Melehoy..
Selain untuk tamasya, menikmati suasana pantai dan lain-lain...maka hal yang menarik lainnya adalah pasakan nelayan...pasakan khas pantai...

Nasi dengan sayur kangkung, sambel tomat, dan bakar ikan selalu kami buru di setiap pantai yang kami kunjungi....soalnya mumpung di pantai...makan ikan dari hasil pera nelayan langsung tentu akan berbeda dengan ikan laut yang di olah jauh dari asalnya, sudah gak segar tentu.

Dan suasana pantai juga akan membuat rasa ikan bertambah nikmat, terasa beda saja...dan apalagi itu adalah dengan bumbu khas setempat yang jarang kita temui di kota tempat kita bekerja.
Tetapi, rupanya di hampir semua pantai selatan Jawa Barat ini, masakannya relatif sama saja...Bakar ikan dengan bumbu asam, di Rancabuaya, di Santolo, di sini sama saja......sama menggugah selera.
Kalau sudah makan kan lain lagi ceritanya....tubuh jadi bertenaga lagi...dan siap untuk lanjutkan perjalanan journey nya....


Jalan ke Pantai Terdekat
Pantai terdekat adalah gak jauh dari warung nasi Ibu Dedah ini...itu adalah pantai yang lebih mirip seperti dermaga......


Ada banyak nelayan dan juga dekat dengan tempat pelelangan ikan...pasar yang cukup rame
yang cukup rame oleh nelayan dan juga penjual ikan...Entah berapa ikan dijual disana...tapi kiranya itu adalah pasar lelang yang cukup ramai...laku dan suasananya juga hidup sekali, pertanda bahwa terjadi transaksi ekonomi yang lumayan besar di pasar ikan tersebut. Dan itu tentu menggembirakan kita semua.....bahwa perekonomian disini bergeliat, dinamis dan semoga semakin berkembang.

Sayang sekali tak ada banyak waktu buat kami untuk menyusuri semua tempatnya. Hati sudah tidak tentram lagi karena keterbatasan waktu, sementara rasa penasaran ke tempat lainnya masih terlalu besar...sudah ingin rasanya pergii dari sini...karena ada pantai lainnya yang lebih enak untuk bersantai...dan bermain air.
Kalau masih ada waktu, sudah tentu kami akan lebih lama lagi disini. Tapi, kali ini itu tak memungkinkan.......semoga suatu hari nanti, kita akan berjumpa kembali................duh siga lagu atuh eta mah.......
Habis ini...rencana selanjutnya adalah ke Pantai yang ada di Tanjung Ujung Genteng sana, gaj jauh dari sini.

Pantai Hutan Tanjung Ujung Genteng.
Jalan ke pantai ini adalah menyusuri jalan-jalan  yang berupa tanah saja, yang ada di sekitar belakang dari warung ibu Dedah....Ada biaya masuk...gak seberapa...hanya 3000...an. Tak seperti ke pantai lainnya...kalau kesini kita meliwati rerimbunan pepohonan dan yang cukup rapat dengan tetumbuhan....itu mungkin mirip pulau Santolo atau Pananjung...Hanya saja kalau disini motor kita bisa lanjut terus masuk ke dalam kawasan sampai ke ujung dari Tanjung ini.

Bisa kita dengar suara burung yang berkicau saling bersahutan dari atap hutan ini, itu sungguh suatu ucapan kata sambutan bagi kami yang menyenangkan hati. Kalau aku bisa bicara bahasa burung, tentu saja aku akan mengucapkan slam dan beberapa kata basa-basi untuk membuat burung-burung itu senang juga atas kedatangan kita. Namun apadaya aku gak bisa melakukan itu, namun aku percaya, tetu saja mereka juga berkomunikasi dan merespon kedatangan kita ini.

Pepohonan di tanjung ini memang masih alami, cukup rimbun dan dengan semak belukar yang juga terbilang rapat. Sehingga itu akan membuat ekosistem di kawasan ini tetap terjaga dengan baik. Tak heran apabila banyak burung, dan mungkin binatang-binatang lain. Ular, kodok, kelelawar, bayawak, dll.

Sesampainya dipenghujung jalan setapak ini...kita langsung disuguhi pantai yang membentang dikiri dan kanan kita.........................................................Sudah ada banyak motor lain...banyak pengunjung lain juga yang sudah terlebih dulu ada disana.


Sesi Pemotretan Untuk Iklan
Dimana saja selalu ada tempat yang cukup baik untuk pemotretan...disini juga.
Tunggul sebuah pohon yang sudah mati, dibiarkan tetap berdiri tinggi...itu adalah background untuk sesi iklan kaca mata hitam.

dan juga iklan sepatu....

Kalau dari sisi pantainya....disekitar sini tentu ada banyak spot juga...ini adalah tepat jika orang menyebutnya sebagai Ujung Genteng...

inilah mungkin yang dinamakan...the real Ujung Genteng itu. karena memang tempatnya berada di ujung dari pantai di kawasan Ujung Geteng ini.

The Real Ujung Genteng
Pantainya dan air lautnya sangat bersih, tapi pasirnya memang kurang lembut, karena bercampur dengan pecahan kerang-kerangan dan juga karang-karang kecil.

Apalagi saat itu hari sudah panas sehingga tak nyaman rasanya berlama-lama disana.

Kalau saja kami agak pagi kesini, atau nanti kalau hari sudah teduh...tentu pantai Tanjung Ujung Genteng ini akan cukup baik untuk santai lebih lama lagi........................................apalagi sisi lain dari pantai ini masih cukup luas untuk ditelusuri............di explore.....................ya...ini memang pantai yang tersembunyi.................tak terlihat kalau kita gak mau menyusurinya.................sama seperti pantai di sisi pulau Santolo,...............yang tak semua pengunjung beruntung untuk bisa mengexplore semuanya..................ya ini memang pantai yang sepi , dan juga bagusnya karena masih ada hutan kecil disini......................tak ada kios-kios warung jualan sebagaimana biasanya sebuah pantai...............dan juga jauh dari penginapan atau tempat berteduh...lainnya. Ini benar-benar dibiarkan seperti kawasan konservasi alam.

Sampai sekira jam sebelas siang kami ada disana. Sudah cukup untuk kali ini................barangkali suatu saat bisa saja kami akan lebih lama lagi menikmati pantai ini.


Galangan Kapal Perahu
Tak bisa lama-lama jika hari masih terik seperti ini. Itu gak nyaman, berpanas-panasan di tengah pasir yang terik, dan ditengah himpitan waktu yang terus melaju..............

Menyusuri sisi lain dari jalan pulang ini...kita beruntung sekali bisa melihat para ahli pembuat kapal perahu....itu adalah sesuatu yang jarang kita temukan.

Di sisi kanan kawasan hutan Ujung Genteng ini....kita bisa lihat proses pembuatan Kapal Nelayan itu. Ini adalah karya yang hebat. Yang tentu butuh keterampilan khusus..................ilmu khusus.....................bahan-bahan kayu yang juga khusus dll dengan metoda yang khusus pula, berdasar pengalaman turun temurun dan mungkin ilmu pengetahuan, pelatihan yang mereka dapatkan.

Tentu saja itu adalah mengingatkan kita kepada pekerjaan serupa di daerah lainnya, di Indramayu, di Sulawesi Selatan, dll. Dan beruntungnya adalah pada saat ini, kami bisa secar langsung menyaksikan satu proses pembuatan kapal perahu ini.................  dengan mata kepala sendiri.
Ini ada bukti photonya. Perahu seperti itu jangan dikira murah harganya, itu puluhan juta, ratusan juta bahkan milyaran rupiah.

Pantai Cibuaya
Kamipun putuskan untuk ke sisi pantai lainnya yang ada di kawasan Ujung Genteng ini.
Pantai Cibuaya namanya.

Inilah pantai utama kami kali ini, air dan pasirnya sangat cocok untuk mantai seperti lazimnya sebuah pantai untuk orang bersantai. Gak terlalu luas...tapi pasirnya sungguh putih bersih, dan cukup lembut gak kasar seperti ditempat tadi....dan air lautnya juga sangat jernih...."ngagenclang"...membuat warna toska dari kejauhan.........pertanda itu cukup dalam .....ikan-ikan kecil dan besar mungkin saja ada di dalam sana.  Dan juga mungkin saja ada hiu, atau binatang mengerikan lainnya yang tsebenarnya ada di sana, mengintai ke permukaan.................jika ingat hal seperti itu, tentu saja membuat kita jadi rada waswas juga..............sebab sudah tabiat kita akan waspada dari bahaya yang tidak kita ketahui kedatangannya............kita tak mau jadi mangsa. Karena itu kita gak mau di incar dari tempat yang tak nampak oleh kita.............Kalau kita gak yakin dengan keamanan suatu tempat, tentu saja kita akan meningkatkan rasa kewaspadaan tersebut. Laut disini itu terlihat cukup ngeri untuk di renangi, karena menurut petugas di sini, mengatakannya demikian.............jangan berenang ke laut, yang walau kelihatannya tenang tetapi arus bawahnya itu adalah kencang.
maka.............cukup bermain air saja ditepiannya.

Lagi pula, orang-orang disini melarang kami untuk berenang disana...sebab arus bawah yang terlihat tenang itu...diam-diam bergelora...


Lautnya Dalam dan Luas
Pantas saja sebab...kita bisa lihat deburan ombak di lepas pantai sana...........deburan ombaknya........begitu keras menghantam kepada celah-celah karang yang menghalanginya.

Pantai ini bisa kita lihat sendiri, itu memang indah, airnya tenang, bersih, ada semacam pulau disana dan sungguh menggoda untuk berenang disana............kalau saja itu aman, tentu akan banyak orang yang berenang disana...............tapi kita harus patuh kepada peraturan setempat karena mereka yang lebih tahu segala sesuatu kondisi dll.

Jika liburannya cukup panjang, tiga atau empat hari, tentu saja menginap disini akan terasa eksotis.
Ada banyak penginapan yang nyaman, ada musola, ada pemandian umum, dan juga ada para penjual suvenir, makanan, dll.
Tuh, kita lihat orang juga pada nginap disana, menyewa penginapan-penginapan yang ada. Cukup ramai suasana di pantai Cibuaya ini. Betah dengan suasananya, dan pantainya yang hmmmm...........JUARA.


Bermain Air
Kamipun memutuskan untuk bermain air disini, berendam dan berjemur.
Puas sudah rasanya, tidak lah sia-sia kami datang dari jauh melewati malam yang kelam dengan arah dan jalan yang gak jelas dan belum pernah kami datangi sebelumnya. 
Puas, super puas.

Riang sekali kami semua disini....semuanya. Andiyar, Bono, Koko dan aku sang petualang................Indah kebersamaan kami ini....indah pertemanan kami ini. Tak akan terlupakan. Tak akan mudah dilupakan.

Bermain-main air, pasir dan kerang-kerang mati...
ah S E M P U R N A..!!!
ENtahlah, tentu saja kami gak akan selamanya seperti ini.
Mungkin satu hari, kami gak bisa ulangi lagi hal seperti ini.
Karena satu dan lain hal...karena kesibukan, karena pekerjaan dan juga karena sesungguhnya hanya satu yang tidak pernah berubah....yaitu perubahan itu sendiri.

Perubahan...senantiasa ada, perubahan selalu terjadi dari waktu ke waktu......seperti dulu, seperti sekarang dan seperti nanti. My Quote hari ini.


Kami harus imani itu semua. kami harus yakini itu....karena kalau kami tak yakinpun..........perubahan niscaya akan tetap terjadi................ya..........mau tak mau.............terpaksa atau tidak..................kita harus meng iya kannya....

Terlalu lama kami disini...menyenangi suasana pantai dan deburan ombak beserta para pemancing ikan...yang dilengkapi oleh semilir angin yang menina bobokan...adalah sulit untuk membuat kami bisa beranjak.

Diam adalah lebih baik.
Diam lebih lama lagi disini akan terasa menyenangkan dan itu artinya kami sangat betah berlama-lama di sini...
Harusnya tentu saja kami bisa menginap semalam saja disini. Itu baru adil..................

Mungkin jika malam telah tiba...............kami bisa memancing ikan seperti mereka....dan lalu membakarnya ramai-ramai...............dan kami bisa bercengkrama lebih lama.........kembali, dalam kenangan yang tak kan terlupakan.

telah lama....telah lama..
bersamamu, bersamamamu...
ku tak mau- kutak mau hanya mimpi...


bersamamu-bersamamu...ku selalu
kutak mau-kutak mau...hanya mimpiiiii...

hari ini, hari ini .....
hooooo

kembali kita bersama-sama lagi
sampai akhir waktu nanti
hoooooh

kembali kita bersama-sama lagi,
kembali kita bersama-sama lagi
sampai akhir waktu nanti.....
Seperti syair Koes Plus atau lainnya...
Lagu itu tepat untuk menerangkan perasaan kita saat ini.

Waktu Selalu Berlalu
Namun waktu berkata lain, kini sudah saatnya kami harus kembali pulang ke Bandung.
Dua jam lamanya kami bermain pantai, terbayarkan perjuangan yang melelahkan itu. Kamipun pulang lah sekira jam 13.30-an WIB.

Hidupku selalu sepi
menjerit dalam hatikuuuu
kuhidup selalu beginiiii...
bernyanyi sediih dan piluuuu
matahari kan bersinaar ...lagi hoooh

mendung kan....tertiup angin
burung-burung kan bernyanyi....lagi
menghibur hati yang sedih
hujanpun akan berhentii...sayang
alampun akan ber-seriiii

bila senja telah tibaaa
hatiku tambah sengsaraaaa
hooooooo
tapi tetap ku bernyanyiiiii
walau malam telah sepiiiiii
ah...lagu-lagu koes plus emang kadang bagus untuk suasana siang seperti ini


Salah Ambil Jalan Pulang
Namun sayang, kami mengambil jalur jalan yang salah. Jadinya jaraknya bertambah jauh, sangat jauh dan sangat melelahkan apalagi semalam kami kekurangan istirahat, jadinya lelahnya berlipat-lipat sekarang.

Jalan Ujung Genteng via Sukabumi sungguh terasa begitu jauh sekali. Jalannya berkelok, melewati banyak perkampungan, perkebuanan dan hutan-hutan.

Feeling ku kali ini kurang tepat. At least kurang baik untuk bisa segera sampai kembali ke Bandung.
Jalannya mutar-mutar...entahlah kemana akan ujung pangkalnya...benar-benar kami hanya ikuti saja jalan yang ada. ke Perkampungan, ke kebun-kebun kelapa....dst

Tapi tentu saja selalu ada hikmah dibalik apapun juga...
paling minimal adalah....kita bisa tahu perkampungan di pedalaman Sukabumi ini.

Dan seperti kata teman saya....Bahwa tak ada langkah yang salah yang pernah kita lakukan. Boleh jadi apa yang kita anggap ini langkah keliru itu...justru inilah jalan yang terbaik buat kita.

ah...pendapat temanku ini sungguh benar sekali. Dan aku gak nyangka ilmu yang kudapat kali ini begitu berharganya. Tak biasanya dia bisa sebijaksana itu....?..he he he.....

Kemewahan dimasa lalu...belum tentu itu adalah baik untuk kita. Dan sebaliknya keterbatasan di hari ini...adalah itulah yang terbaik buat kita....MOAL SALAH............
siiiip lah.....!!!


Balik Bandung
Lama sekali terasa perjalanan pulang kami kali ini. Maghrib pun kami belum masuk ke kota Sukabumi, itu adalah sudah sekira empat jam lamanya. Ditambah lagi jalanan disini sangat macet.......rupanya bukan hanya di Bandung ada keramaian seperti ini.

Disinipun, di Sukabumi ternyata ada banyak kawasan pabrik. Dan kebetulan, ini jam pulang kerja. Lengkap sudah perjalanan yang lama ini....dan juga sangat melelahkan. Melelahkan tubuh dan hati ini...............MAcet browwww.......Entah daerah apa ini namanya...................rupanya disini pun ada banyak pabrik dll..................ah aku gak sangka.

Mengapa pula hari libur kita begitu singkat ya...?


Masuk Kota Sukabumi
Jam isya-an kamipun sampai di kota Sukabumi, dan saatnya untuk isi perut lagi.  Ayam pepes, nasinya kurang satu.


Ya sudah kami berempat berbagi nasi yang ada saja, tiga untuk berempat.
Nah, habis itu pun kami melanjutkan lagi perjalanan pulang kami, menuju Cianjur dan Bandung.

Nah, inilah maksudnya, semenjak sampai di kota Cianjur, rasa lelah yang terbawa dari kemarin malam, terus ditambah jauhnya jarak Ujung Genteng-Sukabumi dan ditambah lagi asupan pepes ayam yang lejat itu, kantukpun datang tak ada kompromi.
Apalagi kami menjalankan motor dengan pelan saja, ya sudah lengkap sudah semuanya. Ngantuk luar biasa.

Mungkin juga itu akibat makan ikan mas, dan juga reaksi dari duren yang gurih tadi mulai terasa di malam ini.

Betapa hebatnya perjalanan kami kali ini....terima kasih kawan...terima kasih atas pertemanan ini.

this is my part...of my life....
ini lah sepenggal cerita dari hidup saya...
tanks you...

Kamipun berhenti dulu disebuah minimarket, apalagi hujan mulai turun disini. Kami harus mengenakan jas hujan dulu.

Dan aku benar-benar ngantuk saat itu, ah mejapun cukuplah buat ku bersandar dan pengen tidur. Ya, akupun berusaha istirahat sejenak disana. Walaupun gak begitu memuaskan.

Perjalananpun dilanjutkan menuju Bandung.
Dan benar saja, kantuk itu tak tertahan lagi, di sekitar Tagog Apu akupun membawa motor dengan antuk-antukan karena sebentar sadar, sebentar tak sadar.

Begitulah, sudah untung kami tak terjatuhpun dari motor. Ya sudah aku berhenti dulu di Padalarang, dan benar-benar menyerah.

Aku sudah tak sanggup lagi bawa motor. Aku tak mungkin lagi bisa melek. Sungguh aku tak sanggup. Motorpun aku berikan ke temanku, dan sejak itu akupun tertidur dalam boncengan. Ah lelah sekali brow....!



Sekian.....
dan terima kasih...
See you next...in the future.....in the new our journey
may we will can..."ngabolang" again...!

so good.....!
so nice............!