Pulang ke kampung adalah satu kehormatan tersendiri, satu kebahagiaan tersendiri. Itu adalah berat tetapi jika bisa melakukannya maka itu akan menjadi "prestasi" tersendiri.

Bahagia yang sangat besar bisa menemui orang tua disana, bertemu saudara dan para tetangga se kampung, se desa dan se wilayah atau se kabupaten misalnya.



Kembali ke kampung adalah satu kebahagiaan.

Pulang kali ini adalah meliwati jalan yang tak pernah dilalui seumur hidup. Dari Canukur, belok ke kanan melewati jalan kecil lalu menanjak dan melewati kebun-kebun warga yang cukup sepi. Dipersimpangan pertama sangat beruntung berpapasan dengan tiga anak SMP an sehingga bisa bertanya jalan yang benar. Dipersimpangan ke dua, barulah terjadi kebingungan arah mana yang menuju ke arah yang benar. Dua jalan di depan ini sama besar dan sama juga sudut nya. Ke kiri atau ke kanan membentuk huruf Y. Super bingung, mana ada orang pula disini. Yang mengkagetkan adalah ketika ku asyik membuka google map tiba-tiba lewat seorang di depanku. Spontan ku tanya, eh rupanya orang gila. Kaget juga. Dan farahnya adalah google disini tidak akurat, penyimpangannya menyampai 2500 meter, sehingga menyulitkan titik koordinat dimana kita sedang berada.


Akhirnya, setelah bantuan orang dan map tak bisa andalkan lagi, hanya feeling dan sedikit analisa saja yang bisa menjadi alat bantu kita. Arah jalan yang dibandingkan dengan arah datang dan arah yang akan dituju kemudian analisa berikutnya adalah detail struktur jalan. Kesamaan struktur jalan akan sangat membantu untuk mengetahui mana jalan yang utama dan mana jalan yang bukan utama disini. Jalan ke kiri sebenarnya lebih bagus karena terbuat dari acian tembok, sementara ke kanan jalannya mirip jalan setapak yang nampaknya sering dilalui orang. Petunjuk yang paling bagus adalah jika jalan ke kiri ini adalah jalan utama, tentu saja bahan jalannya akan sama seperti jalan di belakang tadi yang berupa susunan bebatuan semata. Dan jalan yang ke kiri memang terbuat dari susunan bebatuan namun sebagian besar tertutupi rerumputan dan tanah yang gak meyakinkan.

Ide bahwa jika jalan ke kiri ini adalah jalan utama tentu akan nampak lebih lusuh dan gak mungkin di tembok. Kalau di tembok biasanya kan milik perorangan. Nah dengan alasan itulah akhirnya kuambil jalan yang ke kanan.

Jalannya mengecil menjadi benar-benar mirip jalan setapak yang karena menunjukkan bekas orang banyak meliwatinya. Menurun meliwati semak-semak dan lalu menanjak sedikit.Kalau habis turun hujan pastilah jalannnya akan licin karena terbuat dari tanah merah saja.

Jalan bebatuan yang menanjak dan rusak sedikit menyulitkan bagi motor beat ini. Beberapa kali bagian bawah motor membentur bebatuan. prak, prak bunyinya memaksaku untuk berjalan legih pelan lagi.

Alhamdulillah titik terang mulai terlihat karena beberapa petani ladang dan perkampungan mulai terlihat.

Kampung Cibogor namanya. Kampung yang sepi, kecil, sangat jarang penduduknya. Tetapi suasana disini sungguh menguingatkanku kepada perkampungan di jaman baheula. Sungguh eksotis. Tenang, tentram...herang panon...tiis ceuli.

Sengaja ku berhenti dulu sejenak untuk menyelidiki keadaan disini dan bernostalgia dengan masa lalu. Puas menikmati suasana Cibogor aku pun pergi lagi menuju Cisambeng dan Cijelar.

Perjalanan yang untuk pertama kalinya ini, telah menyadarkanku lagi betapa terlalu banyak lokasi yang tak pernah aku ketahui sejauh ini. Alhamdulillah aku bisa menginjakkan kaki disini sekarang.
Demikianlah saudara, cerita perjalanan kali ini.

Terima kasih.


ypidea:
Kalau kita gak sedang menulis, ya harus banyak membaca tulisan dll, sebab tak akan bisa menulis dengan baik jika stok informasinya sangat minimal.