Minggu, 09 Februari 2020

Taman Hutan Rakyat Ir. Djuanda


TAHURA IR. DJUANDA
Cukup disesalkan memang, libur tahun baru 2019 ini gak diisi dengan liburan yang panjang. Padahal sih libur cukup lama juga, empat hari. Rencananya mau ke Jawa gak jadi.

Cuaca, terutama kondisi Indonesia yang sedang labil menjadi salah satu alasannya. Habis Gempa di lombok dan Palu di bulan lalu, lalu disusul Tsunami di Anyer tentu saja cukup mengkhawatirkan kita semua. Apalagi ada himbauan untuk tak ke pantai dulu, apakah itu hoax tetap saja membuatku harus berhenti berencana liburan.

Di Bandung juga sudah merupakan liburan sebenarnya. Tetapi itu kan sudah biasa sehari-hari. Tetapi tak ada rotan, akarpun jadi lah. Tak ada akar, rumput pun jadi lah.
Liburan kali ini jadinya Cuma keliling-keliling diseputaran Bandung, paling jauh Cuma ke Subang.

Tetapi jujur harus lah kita bersyukur, walau keinginan jauh hendak ke mana, liburan di sini juga sangat menyenangkan hati.


Libur hari pertama tanggal 29 Desember 2017, aku gak kemana-mana karena aku dijajah oleh setumpuk cucian. Jadinya aku fitness aja lumayan membuat stamina bisa terjaga. Hmm...

Tadinya mau pulkam, tetapi aku tunda sebab baru juga hari rabu kemarin aku dari kampung. Terlalu sering pulkam rasanya takut malah jadi gak positif. Nantilah minggu ini atau minggu depan aku ke kampung lagi. Maafkan aku ibu, maafkan aku bapak.

Rencana sih hari ini aku mau pergi keluar, tetapi kalau sudah tertunda gara-gara pekerjaan lain membuat semangat menjadi turun. Gak enak kalau niatnya pagi tapi jadinya siang, mut nya sudah hilang.

Gpp, yang penting tetap melakukan hal yang positif saja, karena ini juga harus dikerjakan. Sesekali mencuci sendiri tentu adalah baik agar hidup menjadi hidup (berwarna). Terlalu sering mencuci rasanya gak bisa juga karena waktu kita habis nantinya. Ya mumpung libur panjang mencuci sebagian pakaian tentu anugrah kesehatan juga sih.

Hari memang terasa lama, perut akan merasa lapar juga. tetapi cemilan saja sudah cukup mengganjal perutku. Jadinya tidur adalah pilihan paling gampang kali ini.

................masak aku lagi tidur harus aku menulis...?...gak lah, akupun tidur. Sudah lama aku gak bermimpi apa-apa jadinya tidur tuh asli tidur gak ada kegiatan lain-lain. tidur yang pulas sekali....entah berapa jam. Soalnya aku kan lagi tidur gak lihat jam.

Terbangun juga akhirnya kawan. Ini sudah siang, dst.
Tak terasa hari sudah kembali pagi kawan. Ini sudah waktunya pergi. Aku ingin jalan-jalan dulu ya. Gpp kan...?.
................ceritanya akupun pergi dan jalan-jalan.
Sarapan pagi dengan bandrek susu adalah rasanya cukup beda. Ditambah lagi ulen, leupeut dan pisgor. Wah asyik tenan.

Perjalanan pun dilanjut ke atas sana, kebukit ke punggung pegunungan Bandung Utara. Jalur yang ditempuh adalah melalui jalan pasir kunci Patrol Palintang. Ini baru kedua kalinya aku lewati pegunungan ini, jalannya nanjak sekali, tento berkelok kelok. Naik-naik ke puncak tinggi, ke gunung ke kaki Bukit Tunggul.

Dataran kota Bandung bisa dilihat disini, dari bawah-bawah ranting pepohonan yang menghalangi. Itu cukup jauh, berati aku yang sudah berada di atas yang cukup tinggi. Motorku sudah membawaku ke puncak yang tinggi ini. Jelas ini sangat tinggi loh, kota Bandung saja hanya terlihat bagaikan hamparan yang jauh dibawah sana.

Beberapa bagian jalan menjadi lebih buruk sekarang, dulu sih masih cukup baik. Tapi beberapa lainnya juga menjadi lebih baik. Ada yang masih baru ada yang masih belum diperbaiki.

Pada perjalanan yang lalu aku belok ke kanan ke lokasi wisata kebun kina, disana ada curug Batu Sangkur dan juga ada Situ Sangkuriang. Ya lumayan untuk menikmati pegunungan dengan sajian udara yang masih bersih. Dan tentu kita bisa berkunjung ke pabrik pengolahan kulit kayu Kina untuk bahan obat.

Kali ini aku lurus saja menuju ke arah Maribaya Lembang. Pengennya sih bisa jalan motong ke arah Bukit Bintang disini, tetapi rupanya itu gak bisa diliwati motorku. Itu kudu make trail rupanya. Ya sudah balik lagi saja menuju plan B. Ada kopi Galing ada kopi Bellstone, ada juga pesantren Baitul ‘Izzah di Batu Lonceng ini. Perkampungan yang sangat alam pegunungan tinggi, sejuk dan cukup teduh.

Ya sudah aku akan ke Maribaya saja.
Itu sudah lama sekali aku gak ke sini. Aku denger sih beberapa tahun lalu Maribaya ini sudah diperbaiki, dirommbak dan dikerjasamakan dengan pihak swasta, tentu ini akan menjadi lebih baik, rapih dan menyenangkan.

Tetapi rupanya ada dua pengelolaan di Maribaya ini, dan aku masuk ke kawasan yang dikelola Perhutaninya. Jadi rupanya hanya sebagian saja yang dikelola swasta.

Niatnya ingin ke lokasi yang baru rupanya ini masih seperti yang dulu, masih semrawut, kotor, penuh sampah dan yah...begitulah. Sayang sekali ini harusnya bisa di kelola dengan lebih baik. Sampahnya dibersihkan, kualitas airnya dijernihkan, di saring dulu dst seperti yang ada di sekitar Balekota Bandung mungkin atau bisa juga dibuat bendungan diatasnya, supaya air kotornya di endapkan dulu, sampahnya disaring dulu sehingga sampai disini sudah lebih bersih, jernih dan segar.

Ah, alam kita sungguh sudah sangat rusak parah. Pepohonan, hutan-hutan dll. tak ada burung lagi disini. Punah rupanya. Parah, parah dan parah.

Gimanakah caranya supaya burung anis, burung lainnya bisa terbang lagi di alam liar. Inikah dunia kita diakhir zaman...?. Hutan menjadi sunyi sekali, hutan terasa gersang sekali. Mungkin kah kita akan rintis konservasi burung, kupu-kupu, primata lain yang juga langka dll disini...?. bisakah...?, mungkinkah...?. Idelanya sih bisa begitu. Sehingga orang jalan-jalan ke Taman Hutan Raya ini selain untuk jogging sehat, juga bisa menikmati suara-suara dari alam, burung, lutung, si amang, tongeret dll.


Sebentar aku berfikir dulu, sebentar aku merenung dulu....!

Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar