Jayanti, oh Jayanti
Berjalan menyusuri hari-hari adalah sepenggal bait kisah
yang kita lalui. Tak terasa hari terus berganti, dari hari ke minggu, dari
minggu ke bulan, dari bulan ke bulan berikutnya. Sekian bulan sudah waktu kita
lalui di tahun 2020 ini.
Syahdan…..suatu hari dia mengatakan…..bla bla bla….
Aku tak memikirkan itu….karena itu adalah angina lalu, hanya
omong kosong tanpa bukti.
Tapi, terus saja dia mengatakan hal yang sama….bla…bla…bla…..
Setiap aku bertemu selalu saja dia memanas-manasi
kepadaku….lihatlah…bla..bla…bla
Kupingku akhirnya mulai jengah, mulai merasa terganggu….dan
terpaksa mengatakan……………cik atuh lihat apa yang harus aku lihat…?!
Benar juga….dalam kata-kataku…benar juga. Kamu benar….
Hari berganti…dan rasa penasaran pun muncul dalam hati….apa iya…?, tapi memang iya.
Begitulah akhirnya apa yang terjadi adalah hari harus berlalu dan berganti dengan hari yang lainnya.
Dari hari ke hari…hingga hari ini.
Perjalanan ini adalah perjalanan antara kita yang ingin
menuju ke sana, ke tempat yang indah. Ke Ciwidey dan juga ke sana..ke laut
selatan.
Hari ini, sabtu tanggal sekian dipertengahan Juli 2020. Kami melangkah dengan perasaan…menuju kea rah yang sebenarnya tidak jelas hendak kemana..yang penting jalan mencari suasana baru…menuju tempat-tempat yang indah agar hati kita juga terbawa olehnya kepada suasana yang indah juga.
Menyusuri jalanan kota ini, melewati batas kota, lurus kearah selatan cekungan Bandung. Dari perempatan Binong ke kanan, belok lagi di Samsat KiaraCondong, belok lagi di jalan Buah Batu. Kesana aku menuju, ke kota kecil, ke desa di bilangan Bandung Selatan…nanti kamu lurus saja jangan belok ke kiri atau ke kanan…ikuti saja jalan ini.
Tak terasa kami sudah sampai di wilayah Soreang. Sekumpulan
pulisi mencegatku…karena knalot motorku yang katanya harus diganti karena
melewati batas decibel…entah brp batas db itu tapi knalpot harus diganti.
Untungnya itu hanya sebatas mengingatkan….ya. Perut sudah saatnya untuk diisi kembali, disebuah tempat yang terbilang cukup nyaman maka kamipun berhenti dulu untuk lontong…kami harus isi perut tentunya.
Tak lama, tapi cukup untuk mengambil nafas dan membuat
rencana lebih spesifik lagi….mau kemanakah kita berangkat..?...
Kejadian di jalan memang tak bias ditentukan….ada kejadian
kecelakaan, tabrakan motor dan mobil…atau apa saja bias terjadi…seperti tadi
disana…tak terdengar olehku suara benturannya…tapi orang-orang tiba-tiba
bergerombol di sebrang sana…katanya ada tabrakan motor versus mobil.
Ah sungguh, kadang itu selalu memberi kita peringatan….bahwa
kita harus waspada, hati-hati dan tingkatkan berdo’a agar kita diberi
keselamatan…ditangtayungan oleh yang Maha Kuasa. Aamiin Allahumma aamiin.
Menuju Ciwidey tetap saja selalu menyenangkan buat aku. Ini adalah tempat paling indah di Bandung untuk bermotor. Kamu harus aku beritahu…bahwa di jalan ini…motor kita benar-benaar menemukan tempat yang baik untuk mengendarainya…..puas….senang, segar dan indah disekitarnya.
Aku tak pernah bisa membantah keindahan tempat ini. Ciwidey tak mampu membuatku menjadi bosan. Entah berapa menit…satu jam lebih aku sudah lalui jalanan dari sejak perkotaan, sisi kota dan luar kota seperti ini.
Indah dan aku bahagia.
Tentu saja karena jalan ke luar kota itu, kondisi bahan bakar harus menjadi prioritas…tak boleh terjadi kehabisan bahan bakar ditengah perjalanan. Itu bukan pilihan yang bijak.
Tempat ini, adalah tempat yang baik untuk isi bensin, kalo memang motormu belum terisi dengan memadai. Dan sekalian saja jika ingin ke belakang, untuk membuang sampah-sampah makanan atau minuman dari tubuh kita. Di pom bensin ini juga ada fasilitasnya yang cukup refresentatif…bahkan sangat nyaman dan bersih.
Memang, kamu harus tahu…air disini dingin, sedingin air dari dalam kulkas. Nyecep….menembus ke pori-pori kita. Segar dan menyegarkan.
Tubuh kita jadi segar kembali…itu membuat perjalanan kembali bersemangat.Perkebunan teh Ciwidey biasa kita menyebutnya demikian..tapi sebenarnya ini adalah Rancabali. Dengan enggan aku melangkah dengan perasaan…pelan saja melewati hasta per hasta jalanan di Rancabali ini.
Lurus terus, tidak belok kiri juga tidak belok kanan. Aku hanya ingin kembali menyusuri tempat yang jauh..ke sana ke Naringgul lalu ke sana lagi ke Cidaun dan seterusnya. Itu yang aku pikirkan saat ini. Sudah lama aku ingin ke Pantai….inilah saat yang aku maui itu…main ke Pantai lagi….!!!
Negeri di atas awan ini, dulu pertama kali aku lalui adalah bareng tiga teman sekawan kami. Teman terbaik kami. Teman saulinan kami. Disinilah kami menyebutnya Negeri diatas awan…..bro Andiyar yang mengatakan itu. Dia memang sering mengungkap kata-kata yang pas, mengejutkan dan hebat…kuharus akui itu.
Di belokan ini kami berhenti karena keindahan ini tak boleh dilewatkan lagi. Ingin berphoto kami disini. Untunglah kami sering sependapat tentang tempat yang baik untuk berphoto, sehingga aku senang dan kami semua juga senang. Aku bahagia bisa merasakan kesamaan-kesamaan hobi dan kesamaan perasaan yang demikian itu. Aku benar-benar bahagia.
Inilah yang dikatakan orang soulmate…belahan jiwa…satu jiwa,
satu hati, dan menuju semakin kedepan apa yang akan kita tuju bersama. Adalah
tidak asyik jika kita jalan bareng tapi hati kita tidak seirama, seiya sekata.
Hari akan buram, hari akan tak menyenangkan.
Alhamdulillah, kali ini aku mendapatkan teman jalan yang satu
irama, satu kesukaan, dan satu kebahagiaan. Itu adalah sesuatu yang tak pernah
aku rasakan selama hidup aku. Dan sekarang….
Ya….cukup lah kami berphoto beberapa jepret disini…dan dia mengerti apa yang aku maui…kapan harus memotret dan hasilnya juga tak mengecewakan. Ah ini benar-benar terbaik buat aku. Kuharap ini akan terjadi untuk selamanya.
Itu adalah pemberhentian kami yang keempat dihari ini, di Soreang untuk sarapan, di Ciwidey untuk ke air da nisi bensin, di Cibuni estate untuk berphoto, dan barusan di negeri diatas awan juga untuk mengabadikan indahnya tempat ini.
Eng ing enk…..tempat ini adalah indah. Aku ingin buat pula
potretnya disini. Ini indah…dengan rimbun pepohonan yang menjulang tinggi,
rapat menutupi lereng perbukitan antara Cicadas dan Cibuni Bandung Cianjur.
Sering aku lewati tempat ini, namun hanya beberapa kesempatan saja aku bisa
membuat potret disini.
Kali ini adalah momen terbaik itu….hendak buat satu file photografi yang terindah…diantara ribuan yang indah lainnya yang akan kami ciptakan. Yakin….aku yakin.
Kamu akan tahu apa yang aku tahu…jika kamu mau tahu…kalaupun tidak taka pa karena yang paling penting adalah kami berada di jalur yang seharusnya kami lewati. Ini belum tentu akan terulang diwaktu yang dekat lagi…..karena sungguh aku tak tahu dengan esok dan lusa…tak tahu tentang masa yang akan dating. Tapi kuberharap ini bukanlah yang terakhir, tapi justru ini adalah bagian yang akan kita lewati bersama-sama nanti. Aamiin.
Jam tentu saja terus berjalan…kami harus berlanjut.
Dan perut sudah seharusnya diisi kembali…terutama karena
kita ingin menikmati setiap suasananya disini…sebelum dzuhur tiba, supaya kita
bisa dzuhur dulu disini…dan supaya kita tetap merasa senang dalam perjalanan
ini. Beli makanan ringan, beli mie rebus, beli jeruk, keripik pisang, kacang
sangray…dan juga pemandangan dari bebrapa curug didepan kita…di tebing bukit
dihadapan kita. Di sana di seberang lembah yang membatasi antara kami.
Tak terlalu deras air terjun itu, karena ini bulan Juli musim kemarau sudah tiba. Jika dimusim hujan tentu air terjun itu akan terlihat lebih indah…lebih deras dank abut juga akan lebih banyak menemani perjalanan kita, Cuma kekurangannya adalah kamu harus siap-siap jalan berbasah-basahan…tak bisa dihindari lagi.
Hari ini memang hari yang walaupun bukan yang terindah, tapi
hari ini akan merupakan salah satu hari yang tak bisa terlupakan. Bagiku.
Adzan dzuhur sudah terdengar, kita akan berangkat setelah sholat dulu….supaya tenang dalam perjalanan selalu dalam keridhoanNya. Aamiin. Ternyata di bawah sini ada kolam ikan yang airnya terus mengalir dari pancuran yang tak henti memberi kita suasana pedesaan, mengingatkan ku kepada masa kecilku di desa….mandi di pancuran, di tengah sawah dan kolam-kolam, yang tempatnya 500-700 meter dari rumah. Bersama sesame warga lainnya kami mandi secara bergilir, antri orang perorang, cuci piring, cuci pakaian, mandi, kakus dll. Di paciringan di tampian dan pancuran.
Suasana itu teringat kembali disini…airnya banyak, jernih
dan juga dingin. Ah bahagianya aku hari ini. Sempurnanya aku di hari ini.
Terimakasih atas kesempatan baik ini ya Tuhan. Maaf bila ada salah dan dosa,
berilah kami kebaikan dunia dan akhirat.
Do’a pun aku panjatkan…dan kami akan siap lagi untuk lanjut
ke sana…ke tempat yang aku tuju.
Tungturunan….jalan ini terjal dari arah bawah…beberapa mobil
harus dipandu oleh beberapa pemuda yang siaga untuk memberi bantuan, mengganjal
manakala mobil itu tak kuat naik. Tanjakan itu…cukup terjal dari bawah sana,
tapi yang menyulitkan pengemudi adalah karena ditengan tanjakan tersebut jalan
menonjol seperti polisi tidur yang cukup membuat mobil-mobil itu terbang…dan
karenanya rentan terhadap kecelakaan. Kami tidak menyarankan orang yang belum
terbiasa unntuk lewat jalur Cidaun menuju Ciwidey ini….lebih baik cari jalan
yang lebih landau…lewat Tanggeung Cianjur atau lewat Pameungpeuk Garut. Sebab
nyawa lebbih utama dibanding waktu. Harus punya nyali, dan juga keterampilan
berkendara, kesigapan berkendara…dan tidak boleh nekad apalagi kurang
perhitungan. Bisa bahaya. Saya
sungguh-sungguh mengingatkan hal tersebut. Anda tak boleh setengah hati….harus
yakin dan harus sigap.
Sayang sekali aku kok tak mengabadikannya….padahal itu
adalah momen yang baik untuk kita dokumentasikan. Sungguh aku sesali itu. Lain
kali aku harus lebih peka lagi melihat momen-momen berharga demikian. Karena
orang tak tahu jika kita tak memberitahukannya.
Jalananpun terus aku lanjutkan, ke sana ke lembah yang indah ini.
Melewati sawah-sawah, punggung-punggung bukit, kelokan ke kiri dan terutama ke kanan….menukik kebawah…ke pemandangan yang aduhai.
Entahlah ini tuh kampong apa….jarang sekali ada papan nama
kampong disini. Mungkin orang tak perlu tahu nama, apalah arti sebuah nama.
Mungkin begitu kata orang. Ya sudah kalo memang mereka tak mau beritahu nama
kampung ini..gpp. akumah rapopo…
Padahal kampong ini adalah kampong yang indah…yang entah mengingatkan kita kepada suatu masa yang pernah ada dalam benak kita, dalam impian atau dalam sekuel film dari masa yang lalu…ini adalah seperti kita masuk ke mesin waktu…membuat kita terasa kembali ke masa lalu. Itu adalah hal yang paling mahal yang bisa kita alami. Kembali ke masa lalu.
Hendaknya orang itu berpikir juga seperti apa yang aku pikir. Destinasi yang bisa membuat kita serasa kembali ke zaman zorro atau zaman cowboy dari amerika. Seperti itu adalah satu pengalaman yang tak ternilai dan selalu membekas dalam ingatan kita.
Namun sayang, modernisasi nyatanya sudah menyentuh pedalaman seperti disini..gedung-gedung rumah yang modern….perlengkapan-perlengkapan yang serba modern juga bisa kita temui dengan biasa disini.. hanya alamnya yang tetap seperti dunia lain….tapi isinya sudah tak berbeda lagi.
Tak terasa perjalanan ini sudah sampai di sebuah Curug yang juga sangat disayangkan taka da airnya…semua sirna di kala kemarau menerjang kita. Padahal belum begitu lama musim hujan itu berlalu…tapi air-air sudah mongering…apalah nian jika kemarau itu berlangsung lama…khawatir bahwa kita akan kekeringan total…taka da sumber air untuk kehidupan kita….naudzubillaahi min dzaalik…disini disaat kesadaran muncul begini…kita sadari…betapa manusia ini terlalu lemah, terlalu rapuh dan terlalu bergantung terhadap kemurahanNya…hanya Tuhan yang memberi kit air hujan, membasahi hutan-hutan, menyimpan cadangan air diperut bumi, mengeluarkannya untuk kehidupan kita….
Kadang………………….sering kali kita lupa itu.
Pantaslah kiranya kita istighfar lagi sekarang………..1000 x, 100x, 10x atau minimal 1x dengan istighfar yang sebenarnya…mengakui salah, khilaf dan dosa-dosa…mengakui kelalaian kita, mengakui bahwa kita itu jarang bersyukur kala menerima anugrahNya…hujan, sinar mentari yang berguna….pepohonan yang tumbuh subur, sawah yang terairi, kebun yang kita panen…semua itu berkat Rahmat dan KaruniaNya semata…………………ingatkah kalian……??????????
Hah…..aku bernafas lebih dalam lagi… Tuhan…
Ya Tuhan…
Ya Rabb….
Tak terasa motor ini sudah melewati hutan-hutan yang dulu aku bilang ini bagaikan di hutan Sumatera…ya ini seperti di lampung…itu di perkuat kembali olehnya….ini seperti di Sumatera…
Ya kita ternyata satu perasaan, satu hati. Akupun 5 tahun yang lalu mengtakan ini seperti di Sumatera…dan kamu sekarang mengatakan hal yang sama…apa itu bukan kalau kita adalah satu hati…??
Tentu saja aku gembira bisa satu hati denganmu…tentu saja
aku bahagia bisa menemukan orang yang satu perasaan. Itu adalah anugrah besar
tentunya. Bukan aku berlebihan…tapi aku merasa bersyukur saja.
Hah…ada apa..ada kejadian apa ini..ada demo…ada
keributankah…?
Orang-orang berkumpul di sini…mobil berjejer…orang pada
keluar, ke jalan…ada apakah….?!
Atau kah inikah yang disebut begal…?..
Tidak, ini bukan pembegalan, lalu apa…!?
Rupanya mobil semua terhenti disini…motor juga berhenti…jalan didepan ditutup. Ada beko, ada dumtruck. Rupanya jalan ini ditutup, disana ditulis jadwal buka tutup. Jam sekarang kebetulan jam tutup…nanti baru buka lagi jam 15.00 WIB, masih satu jam lagi harus antri menunggu disini.
Makanan, kembali terjajakan, sambil menunggu buka jalan
tentu…kita akan banyak waktu bengong…dan itu peluang untuk para penjual makanan
untuk dijajakan.
Kacang tanah, air mineral, kopi, aneka gorengan…tenda-tenda pedagang berjejer…terbuat dari bamboo dan terpal…dibuat warung-warung dadakan. Laku, banyak pembelinya. Semua berhenti disini, semua berteduh disini. Inilah cara Tuhan membagikan rezeki.
Tak terasa, 10 menit berlalu…perutku sebenarnya sudah cukup kenyang karena belmu lama tadi aku isi dengan telor dan mie rebus, juga keripik pisang, dll. Penuh sudah perutku. Tapi apaboleh buat..malu kita ikut berteduh jika tidak jajan walau hanya sedikit…itulah cara kita berterma kasih atas jasa pemberhentian ini…kita dapat berteduh..duduk manis…tentu malu kita jika tak satupun kita membeli dari mereka…kelihatan pelit..kelihatan gak tahu untung.
Sudah jalan..kendaraan sudah bergerak…mesin-mesin
dinyalakan…motor apalagi…rupanya 14.30 portal sudah dibuka….harus segera
dimanfaatkan, jangan sampai keburu ditutup lagi…akan lama lagi mendapat giliran
menunggu semua kendaraan dari arah berlawanan lewat.
Yah…sedang ada pelebaran jalan disini. Ini adalah bottle neck…jalan sempit yang tersisa dari jalur Cidaun-Ciwidey. Beberapa bulan lalu, atau tahun lalu 2019 tepatnya untungnya aku sudah abadikan jalur ini dalam satu photografiku. Nanti aku perlihatkan buat kalian hasilnya…di bawah ini.
Sebenarnya jalan itu menurutku indah karena benar-benar jarang ada. Itu sperti di jalur Medan menuju Sibolga…ada jalur sempit yang hanya satu kendaraan bisa lewat…bedanya kalau disana harus melewati terowongan sempit…kalau disini tebing yang sempit. Seperti itu.
Ah aku lupa lagi…momentum tutup buka jalur tadi, lupa juga aku memotretnya..padahal itu adalah momen yang tak setiap waktu terjadi. Dan layak untuk dikabarkan ke seluruh negeri. Saying sekali lagi…aku melewatkan momen langka itu.
Ah…aku benar-benar belum punya jiwa jurnalistik. Bebarapa pemberitaan
aku lewatkan begitu saja. Sungguh…ini pelajaran lagi buatku.
Aku jadi teringat juga…seperti momen jurnalistik yang pernah
aku lewatkan dahulu..waktu kami jalan menuju Talegong…melewati batas wilayah. Disaat
era PSBB, lockdown terbatas..Cukul sana. Momen pemberitaan yang aku lewatkan…pemeriksaan,
penyetopan kendaraan yang lewat batas wilayah…pemriksaan suhu tubuh…pencatatan
data pribadi, KTP, usia dan tujuan perjalanan.
Sungguh seperti masa peperangan melawan tentara asing.. waktu itu juga demikian keadaannya…cukup mencekam…cukup tak seperti biasanya. Lupa….ya, aku lupa untuk mengabadikan momentum langka itu. Padahal itu akan berguna untuk diketahui oleh dunia lain…oleh generasi sesudah kita. Itu yang aku sesalkan. Sesal dan sesal….tiada arti lagi.
Laut selatan mulai terlihat tadi. Sekilas aku melihatnya dengan pantai dan ombak putih yang membuih. Aku melihatnya barusan tadi. Disana dibawah lembah….di sebuah teluk yang lebar. Jalanan ini berkelok-kelok, melewati kebun-kebun, pepohonan, bebukitan yang semua itu kemudian menutupi pemandangan lautnya. Laut tak pernah terlihat lagi. Seakan laut itu menghilang….dan mengatakan…”heh laut memang sudah terlihat…tapi itu masih cukup jauh loh…!!”
Ya…rupanya berapa pengkolan aku lalui…laut tak bisa terlihat
lagi…ah masih jauh rupanya. Dijugjug makin terasa jauhnya, tapi aku yakin kok,
kalau sudah terlihat pastilah itu tak jauh lagi….ya sih gunungpun bisa kita
lihat dari puluhan kilometer…maka pantas saja jika lautpun bisa terlihat dari
jarak sejauh itu. Tapi menurutku…ini sekira 7 atau 10 km lagi lah. Mungkin kurang.
Ya….udara laut mulai terasa sekarang…aku ingat sekarang, itu adalah tempat dulu waktu bareng pak Dayu kesini, entah apa dia keperluannya…aku hanya menemani….itu adalah semacam tempat penyimpanan material untuk pekerjaan Listrik Masuk Desa…disini diperkampungan sekitar sini…
Aku berhenti untuk sedikit menikmati pemandangan laut dari
punggung bukit ini, dari tengah jalan ini. Itu adalah jalan yang turun dengan
pemandangan laut lepas ada dibelakang pertokoan dibawah sana…dipertigaan jalan
ini dengan jalan jabar lintas selatan. Itu indah, seperti sebuah pemandangan
yang sengaja dibuat seindah ini. Dan ada orang ramai berkumpul di sebuah
bangunan disebelah kanan jalan…disana ada apa…oh itu adalah kantor pos….berbagai
kalangan sedang antri untuk menerima bantuan social dalam rangka mengatasi dampak
ekonomi dari Covid-19…yang membuat penghasilan masyarakat terganggu, daya beli
menurun…dst. Alhamdulillah Indonesia kini sudah tergolong 16 besar ekonomi
dunia…sehingga kita mampu untuk sekedar sedikit bantuan untuk berpuluh juta
warga Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Walau tak semua dapat, tapi
setidaknya uang itu berputar di tengah masyarakat…menghidupkan sedikit roda
ekonomi..sedikit demi sedikit.
Akupun tak lama menyaksikan phenomena tersebut karena merasa malu, berhenti seperti orang asing. Ah aku lupa lagi….baiknya tadi itu aku potret dulu….mungkin tahun depan tak aka nada lagi moment seperti itu…sehingga mereka yang hidup setelah tahun ini…mungkin tak cukup bukti untuk mengetahui sejarah kejadian seperti tadi itu. Biarlah mungkin ada potret di tempat lain yang mewakilinya…semoga itu menjadi pengetahuan bagi orang sesudah kita.
Dari pertigaan ini kita ambil kea rah kiri, kearah menuju Garut Selatan…ke pantai Jayanti yang tak jauh…kesana tujuanku kali ini.
Pantai Jayanti
Disebuah persimpaangan kea rah kanan kita bisa baca plang
pemberitahuan…Pantai Jayanti.
Kita langsung saja belok kanan….hendak mencari minimarket…untuk
beli airminumkah…jajanan ringankah dll…
Tapi tak ada…ini harus putar balik…
Ya….di sebuah pom bensin yang berada tepat dipertigaan jalan
menuju Pantai Jayanti ini, ada sebuah pom bensin, ada mushola yang bagus, dan
juga ada minimarket. Kita harus berhenti dulu…pengen istirahat..sholat asyar,
ke air dll. Suasana terik khas pantai sangat terasa disini…apalagi pantulan
dari beton yang disekeliling tempat pom bensin ini. Membuat panas terpantul
dari atas dan dari bawah….bahkan di dalam gedung ber AC pun kok terasa panas…mungkin
katanya AC nya sudah perlu di service dst.
Itulah yang kami rasakan…panas diluar…panas didalam juga. Harusnya disini itu diperbanyak pepohonan yang rindang. Supaya mengurangi dan menyerap panas.
Sudah semua itu kamipun lanjut ke kawasan pantai..bayar karcis 15 ribu. Kami bertemu lagi dengan pemotor yang sejak Ciwidey tadi bertemu. Ketemu lagi kang….siip…salam satu aspal..!!
Dia sedang memotret pantainya dan dermaganya tempat
perahu-perahu bersandar di bawah sana. Ya kita akan belok disana saja..kita
ingin lihat ada pemandangan apa di dermaga nelayan sana…aku belum kesana
soalnya. Dulu aku tak berhenti disini..tapi di sana melewati pasar ikan…kesana
lagi sedikit dan disana ada tempat parker yang ramai.
Tidak…aku itu orangnya suka ingin tahu hal yang baru…pemandangan baru tentu akan memberi pengalaman baru iya kan..?. itulah yang aku suka…..seperti explore lah tempat barumu…!!..seperti itu motto ku.
Laut selatan…selamat dating di laut Selatan Jawa Barat. Di Pantai Jayanti…Di Dermaga Perahu Nelayan Cianjur Selatan.
Rupanya pemandangan disini lebih indah disbanding dipantai
yang sebelah sana kami dulu kunjungi dengan teman-teman.
Rupanya benar…don’t judge the book only by the cover….!!
Susurilah alam mu…barangkali kau temukan keindahannya
ditempat yang tidak kamu sangka sebelumnya…explore lah….karena kamu adalah
sibolang….atau sang petualang…atau…karena engkau punya semboyan lain….
My Trip My Adventure….!
Seperti itu.
Aku lagi males cerita tentang pantai ini…aku hanya ingin
menikmatinya….
Kata-kataku tak terlalu indah….tak bisa seindah pemandangan
yang ada.
Biarlah, kalian buktikan sendiri nanti….kami tunggu di
Pantai Jayanti
Bravo Indonesia
Merdeka…!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar